Dengan nama Allah pengasih dan penyayang "katakanlah (hai muhamad) Allah itu Esa Allah tempat meminta. tidak Ia beranak dan tidak Ia dilahirkan dan tidak ada baginya seorangpun yang menyerupainya".
1.Sejarah Lisan Merupakan upaya mengetahui kejadian masa
lalu yang dilakukan dengan teknik wawancara pada tokoh atau pelaku
sejarah yang berkaitan dengan kejadian atau tema tertentu. Sejarah lisan
dengan demikian memiliki dua fungsi, pertama ia sebagai metode (cara
penulisan sejarah) dan kedua sebagai sumber sejarah.
2.Sejarah
Sosial Merupakan penulisan sejarah yang berkaitan dengan tema-tema
sosial seperti kemiskinan, perbanditan, kekerasan, kriminalitas,
pelacuran, perlawanan terhadap kolonial, pertumbuhan penduduk, migrasi,
urbanisasi dan sebagainya.
3.Sejarah Kota Sebagaimana sejarah
sosial, permasalahan yang menjadi bidang kajian sejarah kota juga sangat
luas. Diantara bidang kajian yang termasuk dalam sejarah kota antara
lain, perkembangan ekologi (lingkungan) kota; transformasi atau
perubahan sosial ekonomi masyarakat kota (termasuk di dalamnya adalah
industrialisasi dan urbanisasi); sistem sosial dalam masyarakat kota;
problem-problem sosial seperti masalah kepadatan dan heterogenitas; dan
mobilitas sosial masyarakat perkotaan. Sejarawan banyak yang memasukkan
sejarah kota juga dalam sejarah sosial atau sejarah lokal.
4.Sejarah
Pedesaan Sejarah pedesaan adalah sejarah yang secara khusus meneliti
tentang desa atau pedesaan, masyarakat petani, dan ekonomi petanian.
5.Sejarah
Ekonomi Sejarah ekonomi merupakan salah satu unit penulisan sejarah
yang mempelajari berbagai faktor yang menentukan jalannya perkembangan
perekonomian (produksi, distribusi dan konsumsi) suatu masyarakat.
6.Sejarah
Kebudayaan Merupakan kajian historis yang membahas tentang pola-pola
kehidupan (morfologi budaya) dan kesenian.
7.Sejarah Lokal Beberapa
tema yang merupakan objek penulisan sejarah lokal adalah dinamika
masyarakat pedesaan, interaksi antar suku bangsa dalam masyarakat
majemuk, revolusi nasional di tingkat lokal, dan biografi tokoh-tokoh
lokal.
8.Sejarah Wanita Bidang kajian dari sejarah wanita ini
antara lain meliputi: tentang peranan wanita dalam berbagai sektor
sosial-ekonomi, biografi tokoh wanita, gerakan-gerakan wanita, sejarah
keluarga dimana peran wanita disini sangat dominan, tentang budaya
wanita, dan tema tentang kelompok-kelompok wanita. Sebagai spesialisasi
dalam kajian sejarah, sejarah wanita dapat dimasukkan dalam sejarah
sosial.
9.Sejarah Agama Kajian dalam sejarah agama antara lain
meliputi, sejarah awal lahirnya agama-agama dunia, aliran-aliran
keagamaan pada agama-agama tertentu, gerakan-gerakan keagamaan,
pemberontakan ulama dan lain sebaginya.
10.Sejarah Politik Sejarah
politik merupakan sejarah yang mengkaji tentang masalah-masalah
pemerintahan, kenegaraan (termasuk partai-partai politik) dan power
(kekuasaan).
11.Sejarah Pemikiran Sejarah pemikiran dapat
didefinisikan sebagai the study of the role of ideas in historical
events and process. Secara lebih kongkrit sejarah pemikiran mencakup
studi tentang pemikiran-pemikiran besar, yang berpengaruh pada kejadian
bersejarah, serta pengaruh pemikiran tersebut pada masyarakat bawah.
12.Sejarah
Kuantitatif Sejarah kuantitatif adalah penggunaan metode kuantitatif
(teknik matematika) dalam penulisan sejarah. Perbedaannya dengan
penulisan sejarah lain (sejarah kualitatif) dengan demikian terletak
pada penggunaan data sejarah. Kalau sejarah kualitatif datanya berupa
deskripsi (berita), peninggalan (bangunan, foto), pikiran, perbuatan,
dan perkataan (sejarah lisan), maka sejarah kuantitatif datanya berupa
angka-angka (misalnya: angka kejahatan, jumlah murid), statistik
(misalnya: harga sembako, perpajakan) dan sensus (misalnya: penduduk,
ternak).
13.Sejarah Mentalitas Tema-tema yang menjadi objek
studi sejarah mentalitas antara lain meliputi mentalitas revolusioner,
kontrarevolusioner, orang-orang militan, kaum anarkis, perbanditan,
pelacuran, petualangan, pembunuhan, kriminalitas, konflik desa-kota,
fenomena bunuh diri, ketidakwarasan (gila), budaya populer (budaya pop),
penindasan perempuan, pertenungan, aborsi, homoseksualitas, dan
kematian.
14.Biografi Merupakan sejarah tentang perjalanan
hidup seseorang. Misalnya biografi Ki Hajar Dewantoro, Soeharto dan lain
sebagainya.
Sejarawan adalah orang yang menulis peristiwa-peristiwa masa silam melalui
berbagai fakta yang ada. Tanpa fakta mustahil seorang sejarawan dapat
merekonstruksi sejarah yang telah terjadi. Posisi fakta adalah sangat penting,
fakta inilah yang kemudian membedakan seorang sejarawan dengan seorang
sastrawan. Seorang sastrawan menulis sebuah karya sastra tidak menekankan pada
fakta, dia bisa membuat itu lewat daya imajinasi yang ia miliki, namun seorang
sejarawan harus tertuju pada fakta-fakta yang ada, disamping untuk lebih
menarik tulisan sejarahnya digunakan pula fiksi dan imajinasi.
Fakta-fakta sejarah adalah bagaikan kepingan-kepingan suatu botol yang pecah.
Pecahan-pecahan itu berserakan dimana-mana. Oleh sejarawan kepingan-kepingan
(fakta) itu dikumpulkan satu persatu lantas kemudian disusun kembali menjadi
bentuk aslinya. Dalam penyusunan kepingan (fakta) tersebut, sejarawan tuangkan
dalam bentuk tulisan atau cerita yang sering disebut dengan historiografi
(penulisan sejarah).
Sejarah Indonesia dibangun dari fakta-fakta yang ada dan direkonstruksi oleh
para sejarawan Indonesia dan sejarawan asing. Proses rekonstruksi sejarah
sendiri memiliki perbedaan dari hari kehari, entah itu dari segi metodenya,
keobyektifitasnnya, motivasinya, dsb. Historiografi Indonesia dari masa dulu
telah mengalami perkembangan. Bermula dari historiografi tradisional,
historiografi kolonial, historiografi revolusi dan yang terakhir berkembang
adalah historiografi modern.
Setiap perkembangan historiografi memiliki karakteristik, metode, dan motivasi
penulisan yang berbeda-beda satu dengan yang lain. Situasi dan kondisi politik
sangat berpengaruh pada penulisan sejarah. Semisal, pada masa tradisional,
dimana untuk melegitimasi kedudukan seorang raja, maka raja tersebut berusaha
untuk menulis sejarah keluarganya yang berasal dari seorang raja yang besar.
Masa kolonial, masa ini penulisan sejarah bermaksud sebagai bahan laporan
perjalanannya di tanah jajahan, jadi yang dituliskan hanyalah orang-orang barat
di tanah jajahan.
Masa revolusi, masa ini sebagai suatu dorongan nasionalisme menuliskan sejarah
tokoh-tokoh pergerakan atau pun tokoh-tokoh nasional yang dengan gigih berusaha
mengusir penjajah dari tanah air. Setiap masa memiliki kelemahan serta
kelebihan sendiri-sendiri, kelemahan inilah yang kemudian mencoba untuk
ditutupi oleh historiografi modern.
2. Rumusan Masalah
1 Apakah definisi dari historiografi?
2 Bagaimanakah historiografi kolonial pada masa Hindia Belanda (1816-1942)?
3 Bagaimanakah ciri dari historiografi kolonial pada masa Hindia Belanda
(1816-1942)?
BAB II
Historiografi Kolonial Pada Masa Hindia Belanda
(1816-1942)
1. Pengertian Historiografi
Perkataan sejarah mempunyai dua arti yang dapat membedakan sejarah dengan
penulisan sejarah. Sejarah dalam arti obyektif, adalah kejadian sejarah yang
sebenarnya. Terjadi hanya sekali dan bersifat unik (History of Actuality).
Sejarah dalam arti subyektif ialah gambaran atau cerita serta tulisan tentang
suatu kejadian (History as Written atau Historiografi).
Dari sudut etimologis, semula berasal dari bahasa Yunani: Historia dan Grafein.
Historia berarti penyelidikan tentang gejala alam phisik (Physical Research),
sedangkan kata Grafein berarti gambaran, lukisan, tulisan atau uraian
(discription). Dengan demikian secara harafiah historiografi dapat diartikan
sebagai uraian atau tulisan tentang hasil penelitian mengenai gejala alam.
Namun dalam perkembangannya historiografi juga mengalami perubahan. Hal ini
disebabkan para sejarawan mengacu pada pengertian historia, sebagai suatu usaha
mengenai penelitian ilmiah yang cenderung menjurus pada tindakan manusia di
masa lampau.
Jadi dapat diambil kesimpulan, bahwa historiografi itu dimaksudkan sebagai
penulisan sejarah, maka historiografi merupakan tingkatan kemampuan seni yang
menekankan pentingnya ketrampilan, tradisi akademis, ingatan subyektif
(imajinasi) dan pandangan arah yang semuanya memberikan warna pada hasil
penulisannya. Dengan demikian berarti bahwa historiografi sebagai suatu hasil
karya sejarawan yang menulis tulisan sejarah.[1]
2. Historiografi Kolonial Pada Masa Hindia Belanda (1816-1942)
Bagi para sejarawan Indonesia, pengetahuan tentang bahasa Belanda dan
sumber-sumber Belanda mutlak diperlukan. Hampir semua dokumen resmi dan
sebagian besar memoar pribadi serta gambaran mengenai negeri ini, yang muncul
selama lima puluh tahun terakhir, tertulis dalam bahasa tersebut. Tanpa itu,
penelitian mengenai aspek mana pun dari sejarah Indonesia mustahil dilakukan. Namun
dilihat sepintas lalu, sebagian besar sumber-sumber Belanda mungkin tampak
tidak penting kaitannya dengan sejarah Indonesia. Seorang sejarawan Indonesia
berhak bertanya: apa peduliku pada berita-berita yang dicatat oleh suatu bangsa
lain selain bangsa Indonesia? Laporan-laporan resmi Belanda pasti melukiskan
kehidupan serta tindakan orang Belanda, dan bukan orang Indonesia. Laporan itu
ditulis dengan sudut pandang Eropa, bukan Asia.
Semua itu merupakan keberatan yang meyakinkan, namun jawabannya dapat
ditemukan. Pertama-tama, seluruh sumber Belanda saja, yang bersifat naskah
dalam tulisan tangan maupun cetakan harus ditekankan artinya. Berjilid-jilid
buku bersampul kulit dari berita-berita VOC yang dijajarkan dalam almari arsip
negara di den haag saja sudah berjumlah lebih dari dua belas ribu buah.
Berita-berita dari pengganti kompeni, yaitu pemerintah Hindia-Belanda—sebagian
dari antaranya sudah berjilid, sebagian lainnya masih dalam berkas-berkasnya
yang asli—sepuluh kali lebih banyak dari jumlah itu. Tentu sangat ganjil bila
himpunan yang begitu banyak tidak mengandung penjelasan tentang
sekurang-kurangnya beberapa hal yang bersifat non-eropa.
Kedua, para pegawai Belanda di Indonesia sejak masa yang paling awal, mempunyai
banyak kepentingan dan tanggung jawab di luar kegiatan-kegiatan perdagangan dan
tata usaha sehari-hari. Pada abad ke-17, ketika ketidaktahuan Eropa tentang
asia, para pegawai VOC harus menyiapkan laporan-laporan yang teliti mengenai
keadaan di Indonesia, bagi para tuannya di Belanda dengan sedikit gambaran
tentang keadaan Indonesia, sehingga keputusan yang diambil di Belanda mempunyai
dasar yang lebih kokoh daripada dugaan semata.
Kemudian, ketika pemerintah Hindia Belanda memerintah di seluruh Indonesia,
para pegawainya diharuskan memberikan laporan tentang seluruh negeri dan setiap
rincian tentang hukum dan kebiasaan setempat yang menarik perhatiannya. Sekali
lagi, tujuannya adalah agar kebijakan pemerintah dapat disesuaikan dengan
tuntutan tampat dan waktu. Umumnya tugas itu dilaksanakan secara lebih cakap
oleh para pegawai Belanda di timur daripada para pegawai kolonial mana pun.
Sampai kini, kita hanya mampu meninjau sumber-sumber untuk sejarah Indonesia
sebagaimana yang sampai kepada kita dari zaman kompeni Hindia Timur Belanda.
Pada akhir abad ke-18 kompeni mundur dengan cepat. Kompeni tidak berhasil
mengatasi pukulan-pukulan di bidang keuangan yang dideritanya selama perang
Inggris-Belanda pada tahun 1780-1784. Pada tahun 1796 para direkturnya terpaksa
menyerahkan kekuasaan mereka kepada sebuah panitia yang dibentuk oleh kaum
revolusioner pro-Perancis, yang telah merebut kekuasaan di negeri Belanda pada
tahun sebelum itu, dan pada tanggal 31 desember 1799 kompeni dibubarkan.
Dalam jangka waktu enam belas tahun setelah itu, bangsa Perancis dan Inggris
menguasai harta milik Belanda di Indonesia. Sampai tahun 1811 bangsa Belanda
secara nominal masih memerintah Indonesia, tetapi penguasa yang sebenarnya dari
kepulauan Hindia dan juga negeri Belanda sendiri adalah Napoleon. Pada bulan
september tahun 1811, jawa jatuh ke tangan Inggris sampai tahun 1816, dimana
seluruh bekas milik Belanda di kepulauan tersebut dikembalikan kepada Belanda,
sesuai dengan konvensi London. ”Pemerintah Hindia Belanda” dilantik di Batavia
pada 19 Agustus 1816, dan tetap memegang kekuasaan Belanda di Indonesia sampai
saat mereka diusir Jepang pada tahun 1942.
Pemerintah baru itu membawa ke Indonesia suatu jenis tata pemerintahan yang
lain dari semua jenis tata pemerintahan yang pernah ada di negeri ini sebelumnya.
Kompeni Hindia Timur merupakan perusahaan dagang yang mengejar laba, yang hanya
memikirkan transaksi jual beli dengan mengesampingkan apa saja. Kompeni tidak
memiliki misi budaya, tidak berhasrat melakukan campur tangan dalam tata cara
hidup rakyat yang diajak berniaga.
Sumber-sumber non-pemerintah memiliki keadaan yang sama. Sejak abad ke-17 dan
ke-18, hanya sedikit bahan yang selamat, kecuali dokumen-dokumen kompeni Hindia
Timur, karena kompeni adalah satu-satunya organisasi Belanda yang aktif di
wilayah itu. Tetapi pada abad ke-19 dan abad ke-20 muncul semua jenis badan
hukum non-pemerintah: perusahaan dagang, serikat buruh, partai politik, bank,
perusahaan asuransi, maskapai pelayaran, perusahaan tambang, kantor impor dan
ekspor, sekolah, perkumpulan missionaris, dan sebagainya. Bagian terbesar
diantaranya adalah organisasi orang Belanda, atau setidaknya yang menggunakan
bahasa Belanda. Semuanya mempunyai hubungan erat dengan hal ihwal Indonesia,
dan laporan-laporan mereka harus dianggap sebagai bahan-bahan sumber Belanda
asli untuk sejarah Indonesia.
A. Manuskrip
Arsip-arsip bekas Kementrian Urusan Jajahan terbagi atas dua seksi utama: arsip
kementrian itu sendiri dan salinan terjemahan-terjemahan pemerintah Hindia
Belanda yang dikirimkan ke negeri Belanda dari Batavia.
1 Berita-berita kementrian urusan daerah jajahan. Seri yang terkenal dengan
nama Gewoon Archief (arsip biasa) ini, meliputi surat-surat yang keluar dan
masuk sehari-hari dari kementrian ini tentang semua masalah yang ada pada waktu
itu tidak dianggap bersifat rahasia. Berkas sejumlah 1906 buah yang meliputi
jangka waktu 1814-1849 ditempatkan di dalam gudang utama di Bleijenburg, Den
Haag. Yang lebih penting bagi para sejarawan Indonesia ialah Geheim Archief
(arsip rahasia). Pada abad ke-19 banyak masalah yang digolongkan rahasia, yang
sekarang dalam keadaan yang sama tidak akan dimasukan ke dalam jenis itu.
Karena itu, Geheim Archief lebih kaya dalam segi penjelasan umum dibandingkan
dengan yang mungkin terbayang melalui namanya. Antara lain terkandung di
dalamnya pembahasan mengenai rancangan kebijakan, pernyataan pendapat mengenai
tindakan pemerintah pada masa lampau, dan uraian tentang perundingan dengan
negara dan orang asing. Memang rupanya segala sesuatu yang seandainya diumumkan
akan dapat menyulitkan pemerintah, telah dimasukan ke dalam Geheim Archief dan
bukannya Gewoon Archief. Tentu saja hal itu menyebabkan orang menduga bahwa
yang tersebut pertama lebih dapat diandalkan karena merupakan sumber yang lebih
bebas pengungkapannya.
Berkas-berkas lain dari kementrian urusan jajahan yang bertalian dengan sejarah
Indonesia mencakup Kabinetsarchief, yang memuat keterangan mengenai transaksi
dan keputusan pribadi para menteri urusan jajahan yang silih berganti, maupun
sekitar tiga puluh kumpulan dokumen rahasia yang diserahkan kepada arsip negara
oleh para pejabat yang bertugas di bawah pemerintah Hindia Belanda atau oleh
anak cucu mereka.
2 Berkas-berkas pemerintahan Hindia Belanda. ”Dekrit Hindia Timur” di mana
termuat transaksi-transaksi pemerintahan Hindia Belanda, terbagi ke dalam empat
sub-judul. Pertama, dibagi menjadi dekrit ”biasa” dan dekrit ”rahasia”; kedua,
dibagi menjadi Dekrit Gubernur Jenderal dalam kedudukannya di dewan (”in rade”)
dan Dekrit Gubernur-Jenderal yang bertindak dalam kedudukannya sendiri (”buiten
rade”). Dengan Regeeringsreglement tahun 1836, dewan Hindia (”raad van indie”)
dilucuti fungsi eksekutifnya dan menjadi badan penasihat saja. Karenanya, sejak
itu semua dekrit dikeluarkan oleh gubernur jenderal sendiri. Tetapi, sebelum
tahun 1836 Gubernur Jenderal diberi kuasa untuk mengambil keputusan atas
tanggung jawabnya sendiri dalam beberapa hal, tetapi tidak dalam semua hal.
Karena itu dekrit-dekrit yang muncul sampai tahun 1836 keluar di bawah dua sub-judul:
”in rade” dan ”buiten rade”.
Berikut ini adalah daftar dari pelbagai Koleksi Dekrit Hindia Timur sebagaimana
yang terbagi-bagi di dalam arsip negara:
1 Dekrit Gubernur Jenderal Hindia Belanda Bersama Dewan, 1819- 1836
2 Dekrit Rahasia Gubernur Jenderal Hindia Belanda Bersama Dewan, 1819- 1834
3 Dekrit Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Bertindak Sendiri, 1814- 1849
4 Dekrit Gubernur Jenderal Hindia Belanda (Dekrit Hindia Timur), 1830- 1932
5 Dekrit Rahasia Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Bertindak Sendiri 1819- 1836
B. Terbitan Resmi
Laporan tahunan pemerintah Hindia Belanda kepada Majelis Perwakilan Tinggi
dikenal dengan nama Verslagen, terbit sebagai pelengkap bagi Staatscourant
(diterbitkan di Belanda) sejak tahun 1851/2 dan seterusnya. Fakta dan angka
resmi serta rincian undang-undang, ordonasi dan peraturan pemerintah yang dapat
diterapkan di Indonesia, dapat diperoleh dari Almanak van Nederlandsch-Indie
dan Staatsblad van Nederlandsch-Indie, Bijblad op het Staatsblad van
Nederlandsch-Indie serta Javasche Courant.
Pengumuman tentang kebijakan pemerintah, dan banyak informasi kecil lainnya,
dapat ditemukan dalam Handelingen der 1e en 2e Kamer der Staten-Generaal
(Laporan Tentang Perdebatan Parlemen). Handelingen van den Volksraad,
(Transaksi-Transaksi Dewan Rakyat), diterbitkan sejak tahun 1918 dan
seterusnya, yakni tahun pelantikan Volksraad atau parlemen Hindia Belanda.
Banyak bahan untuk sejarah hukum, sejarah sosial dan sejarah ekonomi dapat juga
ditemukan dalam laporan tahunan pelbagai kementerian pemerintah Hindia Belanda.
C. Sarana Bantu Penelitian
Akhirnya dapat disebutkan dua terbitan yang bersama-sama memberi uraian yang
boleh dikatakan lengkap tentang sumber-sumber tercetak mengenai sejarah
Indonesia yang ada dalam bahasa Belanda. Keduanya mendaftar bahan sekunder
maupun primer, tetapi referensi yang diberikan cukup terinci sehingga pada
umumnya memungkinkan kita untuk membedakan yang satu dari yang lainnya.
Yang pertama adalah Catalogus der Koloniale Bibliotheek van het Koninklijk Instituut
voor de Taal-, Land- en Volkenkunde van Nederlandsch-Indie en het Indisch
Genootschap (4 jilid, 1908-1937). Dalam katalog ini disebut hampir seluruh
terbitan sejarah tentang jajahan Belanda yang muncul sampai tahun 1935. karena
itu katalog ini dapat dianggap sebagai bibliografi sejarah Indonesia yang
hampir lengkap yang ditulis sampai tahun itu.
Alat bantu penelitian tambahan yang bernilai adalah J.C Hooykaas dan lain-lain,
ed., Repertorium op de Koloniale Litteratuur (11 jilid, 1877-1935). Karya ini
merupakan catalogue raisonne dari semua artikel dalam berbagai majalah, jurnal,
dan transaksi perkumpulan-perkumpulan ilmiah yang berkenaan dengan wilayah
Belanda di seberang lautan, dan diterbitkan dalam wilayah itu atau di negeri
Belanda antara tahun 1595-1932. Kepustakaan majalah Belanda memuat bahan-bahan
rujukan asli secara melimpah ruah. Dalam majalah ilmiah yang daftar namanya
terdapat di dalam repertorium, terdapat banyak terjemahan kronik Indonesia,
berbagai kumpulan dokumen, dan laporan serta notulen asli dari banyak
konperensi dan komisi penyelidik pemerintah.[2]
Dalam historiografi kolonial ini memiliki beberapa karakteristik yang
membedakannya dengan historiografi pada periode yang lainnya. Historiografi
kolonial ditulis oleh sejarawan atau orang-orang pemerintah kolonial yang
intinya bahwa yang membuat adalah orang barat. Pembuatan historiografi ini
dimaksudkan untuk dijadikan sebagai bahan laporan pada pemerintah kerajaan
Belanda, sebagai bahan evaluasi menentukan kebijakan pada daerah kolonial.
Oleh karena motivasinya adalah sebagai bahan laporan maka yang ditulisnya pun
adalah sejarah dan perkembangan orang-orang asing di daerah kolonial khususnya
Indonesia. Sangat sedikit hasil historiografi kolonial yang menceritakan
tentang kondisi rakyat jajahan, atau bahkan mungkin tidak ada. Toh, kalau pun
tercatat, orang pribumi itu sangat dekat hubungannya dengan orang asing dan
yang telah berjasa pada pemerintah kolonial.
Selain itu, ciri dari historiografi kolonial masa Hindia Belanda adalah memiliki
sifat Europa-Centrisme atau yang lebih fokusnya adalah Neerlando-Centrsime.
Boleh dikatakan bahwa sifat ini memusatkan perhatiannya kepada sejarah bangsa
Belanda dalam perantauannya, baik dalam pelayarannya maupun permukimannya di
benua lain. Jadi yang primer ialah riwayat perantauan atau kolonisasi bangsa
Belanda, sedangkan peristiwa-peristiwa sekitar bangsa Indonesia sendiri menjadi
sekunder[3]
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari sudut etimologis, historiografi semula berasal dari bahasa Yunani: Historia
dan Grafein. Historia berarti penyelidikan tentang gejala alam phisik (Physical
Research), sedangkan kata grafein berarti gambaran, lukisan, tulisan atau
uraian (discription). Dengan demikian secara harafiah historiografi dapat
diartikan sebagai suatu usaha mengenai penelitian ilmiah yang cenderung
menjurus pada tindakan manusia di masa lampau.
Bagi para sejarawan Indonesia, pengetahuan tentang bahasa Belanda dan
sumber-sumber Belanda mutlak diperlukan. Hampir semua dokumen resmi dan
sebagian besar memoar pribadi serta gambaran mengenai negeri ini, yang muncul
selama lima puluh tahun terakhir, tertulis dalam bahasa tersebut. Sumber dari
historiografi kolonial masa Hindia Belanda sendiri ada yang berupa Arsip-arsip
bekas Kementrian Urusan Jajahan terbagi atas dua seksi utama: arsip kementrian
itu sendiri dan salinan terjemahan-terjemahan pemerintah Hindia Belanda yang
dikirimkan ke negeri Belanda dari Batavia. Selain itu ada yang berupa terbitan
resmi yang mencakup undang-undang, ordonasi dan peraturan pemerintah yang dapat
diterapkan di Indonesia.
Ciri dari historiografi kolonial ini adalah memiliki sifat neerlando-centrisme
yang menulis tentang sejarah dan perkembangan kolonisasi belanda pada daerah
jajahan (indonesia). Sang penulis historiografi ini sendiri adalah orang-orang
asing
Daftar
Pustaka
Anggar Kaswati. 1998. Metodologi Sejarah dan Historiografi. Yogyakarta: Beta
Offset.
H.J. De Graaf. 1971. Historiografi Hindia Belanda. Jakarta: Bharatara.
I Gde Widja. 1989. Sejarah Lokal Suatu Perspektif Dalam Pengajaran Sejarah.
Jakarta: Depdikbud.
Sartono Kartodirdjo. 1968. Beberapa Fatsal Dari Historiografi Indonesia.
Yogyakarta: kanisius.
Sartono Kartodirdjo. 1960. Historiografi. Yogyakarta: Fak. Sastra dan
Kebudayaan UGM.
Sartono Kartodirdjo. 1982. Pemikiran Dan Perkembangan Historiografi Indonesia:
Suatu Alternatif. Jakarta: Gramedia
Soedjatmoko. 1995. Historiografi Indonesia: Sebuah Pengantar. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
[1] Anggar Kaswati. 1998. Metodologi Sejarah dan Historiografi. Yogyakarta:
Beta Offset. Hal: 27-28
[2] Soedjatmoko. 1995. Historiografi Indonesia: Sebuah Pengantar. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama. Hal. 215-219
[3] Sartono Kartodirdjo. 1968. Beberapa Fatsal dari Historiografi Indonesia.
Yogyakarta: Kanisius. Hal: 17-19
Air kelapa, terutama yang masih muda kerap dijadikan minuman pelepas dahaga, rasanya sangat menyegarkan. Ada yang menyebutkan kalau air kelapa dapat menurunkan berat, memperbaiki fungsi ginjal, hingga mengobati alergi. Benarkah?
Air kelapa, khususnya air kelapa muda, sudah sejak lama dikenal sebagai minuman yang menyehatkan. Letaknya yang terlindung oleh tempurung keras dan sabut kelapa yang tebal, membuat air kelapa menjadi minuman steril. Bebas dari segala bentuk kontaminasi.
Menurut Prof. DR. Made Astawan, MS, secara umum, air kelapa mengandung 2,6 persen gula, 0,55 persen protein, 0,74 persen lemak, serta 0,46 persen mineral. Jenis gula yang terkandung adalah glukosa, fruktosa, dan sukrosa.
Tinggi Kalium Dalam air kelapa juga terdapat asam amino dan vitamin. Air kelapa muda juga mengandung komponen fitokimia berupa tanin. Tanin bersifat antibakteri yang akan menghambat pertumbuhan bakteri.
Komposisi zat gizinya mendekati cairan isotonik, yang sesuai dengan cairan tubuh. Minuman isotonik diharapkan dapat menggantikan mineral tubuh yang hilang melalui keringat selama aktivitas olahraga atau kegiatan lainnya.
Agar tidak penasaran, dibawah ini beberapa kegunaan air kelapa yang sesungguhnya.
1. Membantu menurunkan berat badan
Minum air kelapa secara berlebihan sebenarnya dapat menyebabkan diare. Memang kelihatannya-setelah itu berat badan berkurang. Namun, ini bukan cara tepat dan sehat untuk bisa mendapatkan berat tubuh ideal. Sebaliknya, air kelapa bisa dijadikan stimulan bagi mereka yang susah buang air besar karena dapat membantu melancarkan saluran cerna.
2. Lebih bernutrisi ketimbang susu full cream
Anggapan ini tidak benar. Dibandingkan dengan air kelapa, susu (baik yang full cream maupun tidak) kaya akan protein, lemak, karbohidrat, dan gula. Selain itu, susu juga mengandung berbagai macam vitamin dan mineral seperti vitamin B kompleks, vitamin D, kalsium, potasium, sodium, serta magnesium. Sementara air kelapa hanya mengandung beberapa mineral saja.
3. Membantu sistem kekebalan tubuh
Tidak ada literatur ilmiah yang membuktikan bahwa air kelapa membuat sistem kekebalan tubuh menjadi lebih baik dan juga membantu tubuh melawan beberapa virus penyebab penyakit. Satu-satunya cara untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh adalah zat gizi yang diperoleh dari beragam makanan dan bukan air kelapa.
4. Membantu mencegah terjadinya batu ginjal
Hal pertama yang dapat dilakukan guna mencegah terjadinya pembentukan batu ginjal adalah cukup konsumsi air atau cairan. Cairan bisa diperoleh dari air kelapa, air mineral, dan lainnya. Air kelapa maupun air mineral, dapat mencegah terjadinya pembentukan batu ginjal. Hanya saja, air kelapa tidak dapat menyembuhkan batu ginjal.
5. Memulihkan rasa pusing akibat mabuk
Mabuk karena mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan harus segera dinetralkan. Caranya dengan minum air, baik air mineral maupun air kelapa. Sebenarnya, untuk meredakan rasa pusing akibat mabuk, sebaiknya minum air yang mengandung gula. Tujuannya agar gula bisa cepat masuk ke dalam pusat susunan saraf dan mengambil alih keterikatan tubuh pada alkohol. Dengan begitu, efek negatif dari mabuk dapat dinetralkan. (berbagai sumber)
Sesuai dengan perjanjian Wina pada tahun 1942, bahwa negara-negara sekutu bersepakat untuk mengembalikan wilayah-wilayah yang kini diduduki Jepang pada pemilik koloninya masing-masing bila Jepang berhasil diusir dari daerah pendudukannya.
Setelah perang usai, tentara Australia bertanggung jawab terhadap Kalimantan dan Indonesia bagian Timur, Amerika Serikat menguasai Filipina dan tentara Inggris dalam bentuk komando SEAC (South East Asia Command) bertanggung jawab atas India, Burma, Srilanka, Malaya, Sumatra, Jawa dan Indocina. SEAC dengan panglima Lord Mountbatten sebagai Komando Tertinggi Sekutu di Asia Tenggara bertugas melucuti bala tentera Jepang dan mengurus pengembalian tawanan perang dan tawanan warga sipil sekutu (Recovered Allied Prisoners of War and Internees/RAPWI).
b.Mendaratnya Belanda Diwakili NICA
Berdasarkan Civil Affairs Agreement, pada 23 Agustus1945 Inggris bersama tentara Belanda mendarat di Sabang, Aceh. 15 September 1945, tentara Inggris selaku wakil Sekutu tiba di Jakarta, dengan didampingi Dr. Charles van der Plas, wakil Belanda pada Sekutu. Kehadiran tentara Sekutu ini, diboncengi NICA (Netherland Indies Civil Administration - pemerintahan sipil Hindia Belanda) yang dipimpin oleh Dr. Hubertus J van Mook, ia dipersiapkan untuk membuka perundingan atas dasar pidato siaran radio Ratu Wilhelmina tahun 1942 (statkundige concepti atau konsepsi kenegaraan), tetapi ia mengumumkan bahwa ia tidak akan berbicara dengan Soekarno yang dianggapnya telah bekerja sama dengan Jepang. Pidato Ratu Wilhemina itu menegaskan bahwa di kemudian hari akan dibentuk sebuah persemakmuran yang di antara anggotanya ialah Kerajaan Belanda dan Hindia Belanda, di bawah pimpinan Ratu Belanda.
c.Pertempuran Melawan Sekutu dan NICA
Terdapat berbagai pertempuran yang terjadi pada saat masuknya Sekutu dan NICA ke Indonesia, yang saat itu baru menyatakan kemerdekaannya. Pertempuran yang terjadi di antaranya adalah:
Pemindahan ke Yogyakarta dilakukan dengan menggunakan kereta api, yang disebut dengan singkatan KLB (Kereta Luar Biasa). Orang lantas berasumsi bahwa rangkaian kereta api yang digunakan adalah rangkaian yang terdiri dari gerbong-gerbong luar biasa. Padahal yang luar biasa adalah jadwal perjalanannya, yang diselenggarakan di luar jadwal yang ada, karena kereta dengan perjalanan luar biasa ini, mengangkut Presiden beserta Wakil Presiden, dengan keluarga dan staf, gerbong-gerbongnya dipilihkan yang istimewa, yang disediakan oleh Djawatan Kereta Api (DKA) untuk VVIP.
B.Peristiwa Penting Indonesia Tahun 1946
a.Perubahan Sistem Pemerintahan
Pernyataan van Mook untuk tidak berunding dengan Soekarno adalah salah satu faktor yang memicu perubahan sistem pemerintahan dari presidensiil menjadi parlementer. Gelagat ini sudah terbaca oleh pihak Republik Indonesia, karena itu sehari sebelum kedatangan Sekutu, tanggal 14 November1945, Soekarno sebagai kepala pemerintahan republik diganti oleh Sutan Sjahrir yang seorang sosialis dianggap sebagai figur yang tepat untuk dijadikan ujung tombak diplomatik, bertepatan dengan naik daunnya partai sosialis di Belanda.
Terjadinya perubahan besar dalam sistem pemerintahan Republik Indonesia (dari sistem Presidensiil menjadi sistem Parlementer) memungkinkan perundingan antara pihak RI dan Belanda. Dalam pandangan Inggris dan Belanda, Sutan Sjahrir dinilai sebagai seorang moderat, seorang intelek, dan seorang yang telah berperang selama pemerintahan Jepang.
b.Diplomasi Syahrir
Ketika Syahrir mengumumkan kabinetnya, 15 November1945, Letnan Gubernur Jendralvan Mook mengirim kawat kepada Menteri Urusan Tanah Jajahan (Minister of Overseas Territories, Overzeese Gebiedsdelen), J.H.A. Logemann, yang berkantor di Den Haag: "Mereka sendiri [Sjahrir dan Kabinetnya] dan bukan Soekarno yang bertanggung jawab atas jalannya keadaan". Logemann sendiri berbicara pada siaran radio BBC tanggal 28 November1945, "Mereka bukan kolaborator seperti Soekarno, presiden mereka, kita tidak akan pernah dapat berurusan dengan Dr Soekarno, kita akan berunding dengan Sjahrir". Tanggal 6 Maret1946 kepada van Mook, Logemann bahkan menulis bahwa Soekarno adalah persona non grata.
Pihak Republik Indonesia memiliki alasan politis untuk mengubah sistem pemerintahan dari Presidensiil menjadi Parlementer, karena seminggu sebelum perubahan pemerintahan itu, Den Haag mengumumkan dasar rencananya. Ir Soekarno menolak hal ini, sebaliknya Sjahrir mengumumkan pada tanggal 4 Desember1945 bahwa pemerintahnya menerima tawaran ini dengan syarat pengakuan Belanda atas Republik Indonesia.
Tanggal 10 Februari1946, pemerintah Belanda membuat pernyataan memperinci tentang politiknya dan menawarkan mendiskusikannya dengan wakil-wakil Republik yang diberi kuasa. Tujuannya hendak mendirikan persemakmuran Indonesia, yang terdiri dari daerah-daerah dengan bermacam-macam tingkat pemerintahan sendiri, dan untuk menciptakan warga negara Indonesia bagi semua orang yang dilahirkan di sana. Masalah dalam negeri akan dihadapi dengan suatu parlemen yang dipilih secara demokratis dan orang-orang Indonesia akan merupakan mayoritas. Kementerian akan disesuaikan dengan parlemen tetapi akan dikepalai oleh wakil kerajaan. Daerah-daerah yang bermacam-macam di Indonesia yang dihubungkan bersama-sama dalam suatu susunan federasi dan persemakmuran akan menjadi rekan (partner) dalam Kerajaan Belanda, serta akan mendukung permohonan keanggotaan Indonesia dalam organisasi PBB.
Pada bulan April dan Mei 1946, Sjahrir mengepalai delegasi kecil Indonesia yang pergi berunding dengan pemerintah Belanda di Hoge Veluwe. Lagi, ia menjelaskan bahwa titik tolak perundingan haruslah berupa pengakuan atas Republik sebagai negara berdaulat. Atas dasar itu Indonesia baru mau berhubungan erat dengan Kerajaan Belanda dan akan bekerja sama dalam segala bidang. Karena itu Pemerintah Belanda menawarkan suatu kompromi yaitu: "mau mengakui Republik sebagai salah satu unit negara federasi yang akan dibentuk sesuai dengan Deklarasi 10 Februari".
Sebagai tambahan ditawarkan untuk mengakui pemerintahan de facto Republik atas bagian Jawa dan Madura yang belum berada di bawah perlindungan pasukan Sekutu. Karena Sjahrir tidak dapat menerima syarat-syarat ini, konferensi itu bubar dan ia bersama teman-temannya kembali pulang. Tanggal 17 Juni1946, Sjahrir mengirimkan surat rahasia kepada van Mook, menganjurkan bahwa mungkin perundingan yang sungguh-sungguh dapat dimulai kembali. Dalam surat Sjahrir yang khusus ini, ada penerimaan yang samar-samar tentang gagasan van Mook mengenai masa peralihan sebelum kemerdekaan penuh diberikan kepada Indonesia; ada pula nada yang lebih samar-samar lagi tentang kemungkinan Indonenesia menyetujui federasi Indonesia - bekas Hindia Belanda dibagi menjadi berbagai negara merdeka dengan kemungkinan hanya Republik sebagai bagian paling penting. Sebagai kemungkinan dasar untuk kompromi, hal ini dibahas beberapa kali sebelumnya, dan semua tokoh politik utama Republik mengetahui hal ini. Tanggal 17 Juni1946, sesudah Sjahrir mengirimkan surat rahasianya kepada van Mook, surat itu dibocorkan kepada pers oleh surat kabar di Negeri Belanda. Pada tanggal 24 Juni1946, van Mook mengirim kawat ke Den Haag: "menurut sumber-sumber yang dapat dipercaya, usul balasan (yakni surat Sjahrir) tidak disetujui oleh Soekarno dan ketika dia bertemu dengannya, dia marah. Tidak jelas, apa arah yang akan diambil oleh amarah itu". Pada waktu yang sama, surat kabar Indonesia menuntut dijelaskan desas-desus tentang Sjahrir bersedia menerima pengakuan de facto Republik Indonesia terbatas pada Jawa dan Sumatra.
c.Penculikan Terhadap PM Sjahrir
Tanggal 27 Juni1946, dalam Pidato Peringatan Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW, Wakil Presiden Hatta menjelaskan isi usulan balasan di depan rakyat banyak di alun-alun utama Yogyakarta, dihadiri oleh Soekarno dan sebagian besar pucuk pimpinan politik. Dalam pidatonya, Hatta menyatakan dukungannya kepada Sjahrir, akan tetapi menurut sebuah analisis, publisitas luas yang diberikan Hatta terhadap surat itu, menyebabkan kudeta dan penculikan terhadap Sjahrir.
Pada malam itu terjadi peristiwa penculikan terhadap Perdana Menteri Sjahrir, yang sudah terlanjur dicap sebagai "pengkhianat yang menjual tanah airnya". Sjahrir diculik di Surakarta, ketika ia berhenti dalam perjalanan politik menelusuri Jawa. Kemudian ia dibawa ke Paras, kota dekat Solo, di rumah peristirahatan seorang pangeran Solo dan ditahan di sana dengan pengawasan Komandan Batalyon setempat.
Pada malam tanggal 28 Juni1946, Ir Soekarno berpidato di radio Yogyakarta. Ia mengumumkan, "Berhubung dengan keadaan di dalam negeri yang membahayakan keamanan negara dan perjuangan kemerdekaan kita, saya, Presiden Republik Indonesia, dengan persetujuan Kabinet dan sidangnya pada tanggal 28 Juni1946, untuk sementara mengambil alih semua kekuasaan pemerintah". Selama sebulan lebih, Soekarno mempertahankan kekuasaan yang luas yang dipegangnya. Tanggal 3 Juli1946, Sjahrir dibebaskan dari penculikan; namun baru tanggal 14 Agustus1946, Sjahrir diminta kembali untuk membentuk kabinet.
Bulan Juni 1946 suatu krisis terjadi dalam pemerintahan Republik Indonesia, keadaan ini dimanfaatkan oleh pihak Belanda yang telah mengusai sebelah Timur Nusantara. Dalam bulan Juni diadakan konferensi wakil-wakil daerah di Malino, Sulawesi, di bawah Dr. Van Mook dan minta organisasi-organisasi di seluruh Indonesia masuk federasi dengan 4 bagian; Jawa, Sumatra, Kalimantan dan Timur Raya.
C.Peristiwa Penting Di Indonesia Tahun 1946-1947
a.Peristiwa Westerling
Pembantaian Westerling adalah sebutan untuk peristiwa pembunuhan ribuan rakyat sipil di Sulawesi Selatan yang dilakukan oleh pasukan Belanda Depot Speciale Troepen pimpinan Westerling. Peristiwa ini terjadi pada Desember 1946 sampai Februari 1947 selama operasi militer Counter Insurgency (penumpasan pemberontakan).
b.Perjanjian Linggarjati
Bulan Agustus pemerintah Belanda melakukan usaha lain untuk memecah halangan dengan menunjuk tiga orang Komisi Jendral datang ke Jawa dan membantu Van Mook dalam perundingan baru dengan wakil-wakil republik itu. Konferensi antara dua belah pihak diadakan di bulan Oktober dan November di bawah pimpinan yang netral seorang komisi khusus Inggris, Lord Killearn. Bertempat di bukit Linggarjati dekat Cirebon. Setelah mengalami tekanan berat -terutama Inggris- dari luar negeri, dicapailah suatu persetujuan tanggal 15 November1946 yang pokok pokoknya sebagai berikut :
·Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia dengan wilayah kekuasaan yang meliputi Sumatra, Jawa dan Madura. Belanda harus meninggalkan wilayah de facto paling lambat 1 Januari1949,
·Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama dalam membentuk Negara Indonesia Serikat, dengan nama Republik Indonesia Serikat, yang salah satu bagiannya adalah Republik Indonesia
·Republik Indonesia Serikat dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia - Belanda dengan Ratu Belanda sebagai ketuanya.
Untuk ini Kalimantan dan Timur Raya akan menjadi komponennya. Sebuah Majelis Konstituante didirikan, yang terdiri dari wakil-wakil yang dipilih secara demokratis dan bagian-bagian komponen lain. Indonesia Serikat pada gilirannya menjadi bagian Uni Indonesia-Belanda bersama dengan Belanda, Suriname dan Curasao. Hal ini akan memajukan kepentingan bersama dalam hubungan luar negeri, pertahanan, keuangan dan masalah ekonomi serta kebudayaan. Indonesia Serikat akan mengajukan diri sebagai anggota PBB. Akhirnya setiap perselisihan yang timbul dari persetujuan ini akan diselesaikan lewat arbitrase.
Kedua delegasi pulang ke Jakarta, dan Soekarno-Hatta kembali ke pedalaman dua hari kemudian, pada tanggal 15 November1946, di rumah Sjahrir di Jakarta, berlangsung pemarafan secara resmi Perundingan Linggarjati. Sebenarnya Soekarno yang tampil sebagai kekuasaan yang memungkinkan tercapainya persetujuan, namun, Sjahrir yang diidentifikasikan dengan rancangan, dan yang bertanggung jawab bila ada yang tidak beres.
Pada bulan Februari dan Maret 1947 di Malang, S M Kartosuwiryo ditunjuk sebagai salah seorang dari lima anggota Masyumi dalam komite Eksekutif, yang terdiri dari 47 anggota untuk mengikuti sidang KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat), dalam sidang tersebut membahas apakah Persetujuan Linggarjati yang telah diparaf oleh Pemerintah Republik dan Belanda pada bulan November 1946 akan disetujui atau tidak Kepergian S M Kartosoewirjo ini dikawal oleh para pejuang Hizbullah dari Jawa Barat, karena dalam rapat tersebut kemungkinan ada dua kubu yang bertarung pendapat sangat sengit, yakni antara sayap sosialis (diwakili melalui partai Pesindo), dengan pihak Nasionalis-Islam (diwakili lewat partai Masyumi dan PNI). Pihak sosialis ingin agar KNPI menyetujui naskah Linggarjati tersebut, sedang pihak Masyumi dan PNI cenderung ingin menolaknya Ketika anggota KNIP yang anti Linggarjati benar-benar diancam gerilyawan Pesindo, Sutomo (Bung Tomo) meminta kepada S M Kartosoewirjo untuk mencegah pasukannya agar tidak menembaki satuan-satuan Pesindo.
DR H J Van Mook kepala Netherland Indies Civil Administration (NICA) yang kemudian diangkat sebagai Gubernur Jendral Hindia Belanda, dengan gigih memecah RI yang tinggal 3 pulau ini Bahkan sebelum naskah itu ditandatangani pada tanggal 25 Maret 1947, ia telah memaksa terwujudnya Negara Indonesia Timur, dengan presiden Sukowati, lewat Konferensi Denpasar tanggal 18 - 24 Desember 1946.
Pada bulan tanggal 25 Maret 1947 hasil perjanjian Linggarjati ditandatangani di Batavia Partai Masyumi menentang hasil perjanjian tersebut, banyak unsur perjuang Republik Indonesia yang tak dapat menerima pemerintah Belanda merupakan kekuasaan berdaulat di seluruh Indonesia Dengan seringnya pecah kekacauan, maka pada prakteknya perjanjian tersebut sangat sulit sekali untuk dilaksanakan.
d.Proklamasi Negara Pasundan
Usaha Belanda tidak berakhir sampai di NIT. Dua bulan setelah itu, Belanda berhasil membujuk Ketua Partai Rakyat Pasundan, Soeria Kartalegawa, memproklamasikan Negara Pasundan pada tanggal 4 Mei 1947. Secara militer negara baru ini sangat lemah, ia benar benar sangat tergantung pada Belanda, tebukti ia baru eksis ketika Belanda melakukan Agresi dan kekuatan RI hengkang dari Jawa Barat.
Di awal bulan Mei 1947 pihak Belanda yang memprakarsai berdirinya Negara Pasundan itu memang sudah merencanakan bahwa mereka harus menyerang Republik secara langsung. Kalangan militer Belanda merasa yakin bahwa kota-kota yang dikuasai pihak Republik dapat ditaklukkan dalam waktu dua minggu dan untuk menguasai seluruh wilayah Republik dalam waktu enam bulan. Namun mereka pun menyadari begitu besarnya biaya yang ditanggung untuk pemeliharaan suatu pasukan bersenjata sekitar 100.000 serdadu di Jawa, yang sebagian besar dari pasukan itu tidak aktif, merupakan pemborosan keuangan yang serius yang tidak mungkin dipikul oleh perekonomian negeri Belanda yang hancur diakibatkan perang. Oleh karena itu untuk mempertahankan pasukan ini maka pihak Belanda memerlukan komoditi dari Jawa (khususnya gula) dan Sumatera (khususnya minyak dan karet).
e.Agresi Militer I
Pada tanggal 27 Mei1947, Belanda mengirimkan Nota Ultimatum, yang harus dijawab dalam 14 hari, yang berisi:
1.Membentuk pemerintahan ad interim bersama;
2.Mengeluarkan uang bersama dan mendirikan lembaga devisa bersama;
3.Republik Indonesia harus mengirimkan beras untuk rakyat di daerahdaerah yang diduduki Belanda;
4.Menyelenggarakan keamanan dan ketertiban bersama, termasuk daerah daerah Republik yang memerlukan bantuan Belanda (gendarmerie bersama); dan
5.Menyelenggarakan penilikan bersama atas impor dan ekspor
Perdana MenteriSjahrir menyatakan kesediaan untuk mengakui kedaulatan Belanda selama masa peralihan, tetapi menolak gendarmerie bersama. Jawaban ini mendapatkan reaksi keras dari kalangan parpol-parpol di Republik.
Ketika jawaban yang memuaskan tidak kunjung tiba, Belanda terus "mengembalikan ketertiban" dengan "tindakan kepolisian". Pada tanggal 20 Juli1947 tengah malam (tepatnya 21 Juli1947) mulailah pihak Belanda melancarkan 'aksi polisionil' mereka yang pertama.
Aksi Belanda ini sudah sangat diperhitungkan sekali dimana mereka telah menempatkan pasukan-pasukannya di tempat yang strategis. Pasukan yang bergerak dari Jakarta dan Bandung untuk menduduki Jawa Barat (tidak termasuk Banten), dan dari Surabaya untuk menduduki Madura dan Ujung Timur. Gerakan-gerakan pasukan yang lebih kecil mengamankan wilayah Semarang. Dengan demikian, Belanda menguasai semua pelabuhan perairan-dalam di Jawa Di Sumatera, perkebunan-perkebunan di sekitar Medan, instalasi- instalasi minyak dan batubara di sekitar Palembang, dan daerah Padang diamankan. Melihat aksi Belanda yang tidak mematuhi perjanjian Linggarjati membuat Sjahrir bingung dan putus asa, maka pada bulan Juli 1947 dengan terpaksa mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Perdana Menteri, karena sebelumnya dia sangat menyetujui tuntutan Belanda dalam menyelesaikan konflik antara pemerintah RI dengan Belanda.
Menghadapi aksi Belanda ini, bagi pasukan Republik hanya bisa bergerak mundur dalam kebingungan dan hanya menghancurkan apa yang dapat mereka hancurkan. Dan bagi Belanda, setelah melihat keberhasilan dalam aksi ini menimbulkan keinginan untuk melanjutkan aksinya kembali. Beberapa orang Belanda, termasuk van Mook, berkeinginan merebut Yogyakarta dan membentuk suatu pemerintahan Republik yang lebih lunak, tetapi pihak Amerika dan Inggris yang menjadi sekutunya tidak menyukai 'aksi polisional' tersebut serta menggiring Belanda untuk segera menghentikan penaklukan sepenuhnya terhadap Republik.
f.Naiknya Amir Syarifudin Sebagai Perdana Menteri
Setelah terjadinya Agresi Militer Belanda I pada bulan Juli, pengganti Sjahrir adalah Amir Syarifudin yang sebelumnya menjabat sebagai Menteri Pertahanan. Dalam kapasitasnya sebagai Perdana Menteri, dia menggaet anggota PSII yang dulu untuk duduk dalam Kabinetnya. Termasuk menawarkan kepada S.M. Kartosoewirjo untuk turut serta duduk dalam kabinetnya menjadi Wakil Menteri Pertahanan kedua. Seperti yang dijelaskan dalam sepucuk suratnya kepada Soekarno dan Amir Syarifudin, dia menolak kursi menteri karena "ia belum terlibat dalam PSII dan masih merasa terikat kepada Masyumi".
S.M. Kartosoewirjo menolak tawaran itu bukan semata-mata karena loyalitasnya kepada Masyumi. Penolakan itu juga ditimbulkan oleh keinginannya untuk menarik diri dari gelanggang politik pusat. Akibat menyaksikan kondisi politik yang tidak menguntungkan bagi Indonesia disebabkan berbagai perjanjian yang diadakan pemerintah RI dengan Belanda. Di samping itu Kartosoewirjo tidak menyukai arah politik Amir Syarifudin yang kekiri-kirian. Kalau dilihat dari sepak terjang Amir Syarifudin selama manggung di percaturan politik nasional dengan menjadi Perdana Menteri merangkap Menteri Pertahanan sangat jelas terlihat bahwa Amir Syarifudin ingin membawa politik Indonesia ke arah Komunis.
D.Peristiwa Tahun 1948
a.Perjanjian Renville
Sementara peperangan sedang berlangsung, Dewan Keamanan PBB, atas desakan Australia dan India, mengeluarkan perintah peletakan senjata tanggal 1 Agustus1947, dan segera setelah itu mendirikan suatu Komisi Jasa-Jasa Baik, yang terdiri dari wakil-wakil Australia, Belgia dan Amerika Serikat, untuk menengahi perselisihan itu.
Tanggal 17 Januari1948 berlangsung konferensi di atas kapal perang Amerika Serikat, Renville, ternyata menghasilkan persetujuan lain, yang bisa diterima oleh yang kedua belah pihak yang berselisih. Akan terjadi perdamaian yang mempersiapkan berdirinya zone demiliterisasi Indonesia Serikat akan didirikan, tetapi atas garis yang berbeda dari persetujuan Linggarjati, karena plebisit akan diadakan untuk menentukan apakah berbagai kelompok di pulau-pulau besar ingin bergabung dengan Republik atau beberapa bagian dari federasi yang direncanakan Kedaulatan Belanda akan tetap atas Indonesia sampai diserahkan pada Indonesia Serikat.
Pada tanggal 19 Januari ditandatangani persetujuan Renville Wilayah Republik selama masa peralihan sampai penyelesaian akhir dicapai, bahkan lebih terbatas lagi ketimbang persetujuan Linggarjati : hanya meliputi sebagian kecil Jawa Tengah (Jogja dan delapan Keresidenan) dan ujung barat pulau Jawa -Banten tetap daerah Republik Plebisit akan diselenggarakan untuk menentukan masa depan wilayah yang baru diperoleh Belanda lewat aksi militer. Perdana menteri Belanda menjelaskan mengapa persetujuan itu ditandatangani agar Belanda tidak "menimbulkan rasa benci Amerika".
Sedikit banyak, ini merupakan ulangan dari apa yang terjadi selama dan sesudah perundingan Linggarjati. Seperti melalui persetujuan Linggarjati, melalui perundingan Renville, Soekarno dan Hatta dijadikan lambang kemerdekaan Indonesia dan persatuan Yogyakarta hidup lebih lama, jantung Republik terus berdenyut. Ini kembali merupakan inti keuntungan Seperti sesudah persetujuan Linggarjati, pribadi lain yang jauh dari pusat kembali diidentifikasi dengan persetujuan -dulu Perdana Menteri Sjahrir, kini Perdana Menteri Amir- yang dianggap langsung bertanggung jawab jika sesuatu salah atau dianggap salah.
b.Runtuhnya Kabinet Amir dan naiknya Hatta sebagai Perdana Menteri
Dari adanya Agresi Militer I dengan hasil diadakannya Perjanjian Renville menyebabkan jatuhnya Kabinet Amir. Seluruh anggota yang tergabung dalam kabinetnya yang terdiri dari anggota PNI dan Masyumi meletakkan jabatan ketika Perjanjian Renville ditandatangani, disusul kemudian Amir sendiri meletakkan jabatannya sebagai Perdana Menteri pada tanggal 23 Januari1948. Dengan pengunduran dirinya ini dia mungkin mengharapkan akan tampilnya kabinet baru yang beraliran komunis untuk menggantikan posisinya. Harapan itu menjadi buyar ketika Soekarno berpaling ke arah lain dengan menunjuk Hatta untuk memimpin suatu 'kabinet presidentil' darurat (1948-1949), dimana seluruh pertanggungjawabannya dilaporkan kepada Soekarno sebagai Presiden.
Dengan terpilihnya Hatta, dia menunjuk para anggota yang duduk dalam kabinetnya mengambil dari golongan tengah, terutama orang-orang PNI, Masyumi, dan tokoh-tokoh yang tidak berpartai. Amir dan kelompoknya dari sayap kiri kini menjadi pihak oposisi. Dengan mengambil sikap sebagai oposisi tersebut membuat para pengikut Sjahrir mempertegas perpecahan mereka dengan pengikut-pengikut Amir dengan membentuk partai tersendiri yaitu Partai Sosialis Indonesia (PSI), pada bulan Februari 1948, dan sekaligus memberikan dukungannya kepada pemerintah Hatta.
Memang runtuhnya Amir datang bahkan lebih cepat ketimbang Sjahrir, enam bulan lebih dulu Amir segera dituduh -kembali khususnya oleh Masyumi dan kemudian Partai Nasional Indonesia- terlalu banyak memenuhi keinginan pihak asing. Hanya empat hari sesudah Perjanjian Renville ditandatangani, pada tanggal 23 Januari1948, Amir Syarifudin dan seluruh kabinetnya berhenti. Kabinet baru dibentuk dan susunannya diumumkan tanggal 29 Januari1948. Hatta menjadi Perdana Menteri sekaligus tetap memangku jabatan sebagai Wakil Presiden.
Tampaknya kini lebih sedikit jalan keluar bagi Amir dibanding dengan Sjahrir sesudah Perundingan Linggarjati; dan lebih banyak penghinaan. Beberapa hari sesudah Amir berhenti, di awal Februari 1948, Hatta membawa Amir dan beberapa pejabat Republik lainnya mengelilingi Provinsi. Amir diharapkan menjelaskan Perjanjian Renville. Pada rapat raksasa di Bukittinggi, Sumatra Barat, di kota kelahiran Hatta -dan rupanya diatur sebagai tempat berhenti terpenting selama perjalanan- Hatta berbicara tentang kegigihan Republik, dan pidatonya disambut dengan hangat sekali.
Kemudian Amir naik mimbar, dan seperti diuraikan Hatta kemudian: "Dia tampak bingung, seolah-olah nyaris tidak mengetahui apa ayang harus dikatakannya. Dia merasa bahwa orang rakyat Bukittinggi tidak menyenanginya, khususnya dalam hubungan persetujuan dengan Belanda. Ketika dia meninggalkan mimbar, hampir tidak ada yang bertepuk tangan"
Menurut peserta lain: "Wajah Amir kelihatannya seperti orang yang sudah tidak berarti". Sjahrir juga diundang ke rapat Bukittinggi ini; dia datang dari Singapura dan berpidato. Menurut Leon Salim -kader lama Sjahrir- "Sjahrir juga kelihatan capai dan jarang tersenyum". Menurut kata-kata saksi lain, "Seolah-olah ada yang membeku dalam wajah Sjahrir" dan ketika gilirannya berbicara "Dia hanya mengangkat tangannya dengan memberi salam Merdeka dan mundur". Hatta kemudian juga menulis dengan singkat tentang pidato Sjahrir: "Pidatonya pendek". Dipermalukan seperti ini, secara psikologis amat mungkin menjadi bara dendam yang menyulut Amir untuk memberontak di kemudian hari.
Serangan yang dilaksanakan pada tanggal 1 Maret1949 terhadap kota Yogyakarta secara secara besar-besaran yang direncanakan dan dipersiapkan oleh jajaran tertinggi militer di wilayah Divisi III/GM III -dengan mengikutsertakan beberapa pucuk pimpinan pemerintah sipil setempat- berdasarkan instruksi dari Panglima Besar Sudirman, untuk membuktikan kepada dunia internasional bahwa TNI -berarti juga Republik Indonesia- masih ada dan cukup kuat, sehingga dengan demikian dapat memperkuat posisi Indonesia dalam perundingan yang sedang berlangsung di Dewan Keamanan PBB dengan tujuan utama untuk mematahkan moral pasukanBelanda serta membuktikan pada dunia internasional bahwa Tentara Nasional Indonesia (TNI) masih mempunyai kekuatan untuk mengadakan perlawanan. Soeharto pada waktu itu sebagai komandan brigade X/Wehrkreis III turut serta sebagai pelaksana lapangan di wilayah Yogyakarta.
d.Serangan Umum Surakarta
Serangan Umum Surakarta berlangsung pada tanggal 7-10 Agustus 1949 secara gerilya oleh para pejuang, pelajar, dan mahasiswa. Pelajar dan mahasiswa yang berjuang tersebut kemudian dikenal sebagai tentara pelajar. Mereka berhasil membumihanguskan dan menduduki markas-maskas Belanda di Solo dan sekitarnya. Serangan itu menyadarkan Belanda bila mereka tidak akan mungkin menang secara militer, mengingat Solo yang merupakan kota yang pertahanannya terkuat pada waktu itu berhasil dikuasai oleh TNI yang secara peralatan lebih tertinggal tetapi didukung oleh rakyat dan dipimpin oleh seorang pemimpin yang andal seperti Slamet Riyadi.
A.PENANGGULANGAN GANGGUAN KEAMANAN DALAM NEGERI
Diberlakukannya Demokrasi Liberal di Indonesia pada tahu 1950 – 1959 tidak membuat suasana politik menjadi tenang dan tenteram tetapi justru sebaliknya banyak menimbulkan gangguan keamanan yang sangat meresahakan masyarakat. Gangguan keamanan tersebut berupa peberontakan-pemberontakan bersenjata atau gerakan separais. Adapun pemberontakan bersenjata itu antara lain :
1.Pemberontakan APRA ( Angkatan Perang Ratu Adil )
Pemberontakan APRA terjadi di Bandung pada tanggal 23 Januari 1950 yang dipimpin oleh Kapten Raymond Westerling. Tujuan APRA adalah mempertahankan berdirinya negara boneka (Negara Pasundan) dan diakuinya sebagai Tentara Pasundan. Gerakan APRA ini dilancarkan oleh sekitar 800 orang yang terdiri dari bekas KNIL, pelarian pasukan payung, barisan pengawal “Stroottroepen” dan polisi Belanda yang berhasil menduduki Markas Staff Divisi Siliwangi. Dalam gerakannya APRA membunuh setiap anggota TNI yang ditemui. Dalam peristiwa tersebut gugur Letkol Lembong.
Untuk mengatasi pemberontakan tersebut pemerintah RIS mengirimkan bantuan kesatuan polisi dari Jawa Tengah dan Jawa Timur yang sedang berada di Jakarta. Pasukan bantuan ini dipimpin oleh Komisaris II Polisi Sucipto Yudodihardjo. Pasukan ini berhasil mendesak gerombolan APRA di Bandung dan dalam pertempuran di daerah Pacet tanggal 24 Januari 1950 sisa-sisa gerombolan APRA dapat dihancurkan.
Setelah APRA dapat dihancurkan Westerling lari ke Jakarta bekerjasama dengan Sultan Hamid II merencanakan menangkap semua Menteri RIS yang sedang bersidang dan akan membunuh Menteri Pertahanan Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Sekjend Kementrian Pertahanan Mr. A. Budiardjo dan pejabat Kastaf angkatan perang Kol. TB. Simatupang namun usaha ini gagal Sultan Hamd II tertangkap sedang Westerling lari ke Singapura dengan pesawat Catalina milik Belanda.
2. Pemberontakan Andi Aziz
Pemberontakan Andi Aziz terjadi di Ujung Pandang pada tanggal 5 April 1950
Latar belakang pemberontakan Andi Aziz adalah :
- Menolak masuknya pasukan APRIS dari TNI di Makasar
- Menuntut pasukan AAPRIS bekas KNIL saja yang bertanggung jawab atas keamanan di Negara Indonesia Timur
- Tetap mempertahankan berdirinya Negara Indonesia Timur.
Usaha pemerintah untuk menumpas pemberontakan Andi Aziz adalah:
1) Pada tanggal 8 April 1950 memberikan ulimatum kepada Andi Aziz yang isinya Andi Aziz harus ke Jakarta untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya dalam waktu 4 x 24 jam. Namun Andi Aziz baru menyerahkan diri pada akhir bulan April 1950.
2) Pada tanggal 26 April 1950 pemerintah mengirimkan pasukan ekspedisi yang dipimpin oleh Kolonel Alex Kawilarang yang terdiri dari :
- Brigade 14 Siliwangi di bawah pimpinan Kapten Bahar Andikusumah
- Brigade X Mataram di bawah pimpinan Letkol Soeharto
- Brigade 16/1 di bawah pimpinan Letkol Suprapto Sukowati dan Letkol Warouw Meskipun Andi Aziz sudah menyerahkan diri namun pengikutnya yang merupakan bekas pasukan KNIL dan KL tetap melakukan perlawanan terhadap pasukan APRIS. Pada tanggal 8 Agustus 1950 pemberontakan Andi Aziz baru dapat dipadamkan setelah bekas tentara KNIL dan KL berunding dengan APRIS. Dalam perundingan tersebut dinyatakan dalam waktu 2 x 24 jam pasukan KNIL dan KL harus sudah meninggalkan Ujung Pandang.
3. Pemberontakan RMS ( Republik Maluku Selatan )
Pada tanggal 25 April 1950 Mr. Dr. Ch. RS. Soumokil mantan Jaksa Agung Negara Indonesia Timur memproklamirkan berdirinya RMS (Republik Maluku Selatan) di Ambon yang ingin memisahkan diri dari RIS.
Usaha pemerintah untuk menumpas pemberontakan RMS adalah :
a. Mengirimkan misi perdamaian di bawah pimpinan Dr. Leimena tetapi ditolak
b. Mengirimkan pasukan ekspedisi di bawah pimpinan Kolonel Alex Kawilarang pada tanggal 14 Juli 1950
Pasukan ini terbagi dalam tiga group, yaitu :
- Group I di bawah pimpinan Mayor Achmad Wiranata Kusumah
- Group II di bawah pimpinan Letkol Slamet Riyadi
- Group III di bawh pimpinan Mayor Suryo Subandrio.
Pada awal November 1950 kota Ambon dapat dikuasai, namun dalam memperebutkan benteng Nieuw Victoria Letkol Slamet Riyadi tertembak dan gugur. Akhirnya benteng dapat direbut kembali dan kota Ambon dapat dikuasai. Dengan jatuhnya kota Ambon pemberontakan RMS dapat dipatahkan dan sisanya lari ke hutan. Tanggal 12 Desember 1963 Dr. Soumokil dapat ditangkap dan dijatuhi hukuman mati oleh Mahmilub Jakarta.
4. Pemberontakan PRRI ( Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia )
Latar belakang pemberontakan PRRI adalah adanya pertentangan antara pemerintah pusat dengan daerah mengenai masalah otonomi dan perimbangan keuangan yang makin meruncing.
Pemberontakan PRRI diawali dengan berdirinya dewan-dewan daerah seperti :
a. Dewan Banteng di Padang yang dipimpin oleh Letkol Achmad Husein
b. Dewan Gajah di Medan yang dipimpin oleh Kolonel Simbolon
c. Dewan Garuda di Palembang yang dipimpin oleh Letkol Barlian
Dilanjutkan dengan dikeluarkannya ultimatum oleh Letkol Achmad Husein kepada pemerintah pada tanggal 10 Februari 1958 yang isinya:
a. Kabinet Juanda harus menyerahkan mandat dalam waktu 5 x 24 jam
b. Presiden menugaskan Drs. Moh. Hatta dan Sri Sultan HB. IX untuk membentuk zaken cabinet
c. Meminta kepada presiden kembali kepada kedudukannya sebagai presiden konstitusional.
Ultimatum tersebut ditolak oleh pemerintah. Akibatnya pada tanggal 15 Februari 1958 Achmad Husein memproklamirkan berdirinya PRRI ( Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia ) dengan Syafrudin Prawiranegara sebagai Perdana Menterinya.
Untuk mengatasi pemberontakan PRRI pemerintah melancarkan operasi militer gabungan dari darat, laut dan udara, antara lain terdiri dari :
a. Operasi Tegas dibawah pimpinan Letkol Kaharudin Nasution di Riau untuk mengamankan instalasi minyak
b. Operasi 17 Agustus di bawah pimpinan Kolonel Achmad yani di Sumatera Barat
c. Operasi Sapta Marga di bawah pimpinan Brigjend Jatikusumo di Sumatera Utara
d. Operasi Sadar di bawah pimpinan Letkol Dr. Ibnu Sutowo di Sumatera Selatan.
Tanggal 29 Mei 1961 Achmad Husein menyerahkan diri diikuti tokoh-tokoh PRRI lainnya.
Pemberontakan Permesta dimulai dengan dibentuknya Dewan Manguni di Manado oleh Letkol Ventje Sumual dan diproklamirkan berdirinya PERMESTA pada tanggal 17 Februari 1958 oleh Letkol DJ. Somba.
Untuk mengatasi pemberontakan Permesta dilancarkan operasi militer dengan nama “ Operasi Merdeka “ yang dipimpin oleh Letkol Rikminto Hendraningrat. Operasi militer ini terdiri dari :
- Operasi Sapta marga I di bawah pimpinan Letkol Sumarsono untuk Sulawesi Utara bagian tengah
- Operasi sapta Marga II di bawah pimpinan Letkol Agus Pramono untuk Sulawesi Utara bagian barat
- Operasi Sapta Marga III di bawah pimpinan Letkol Magenda untuk kepulauan sebelah utara Manado
- Operasi Sapta Marga IV di bawah pimpnan Letkol Rukminto Hendraningrat untuk Sulawesi Utara
- Operasi Mena I di bawah pimpinan Letkol Pieters untuk Jailolo
- Operasi Mena II di bawah pimpinan Letkol KKO Hunholz untuk lapangan udara Morotai Halmahera
Sebelum operasi pokok dilancarkan operasi insyaf yang dikoordinasi oleh KOANDAIT ( Komando Antar Daerah Indonesia Bagian Timur). Pada pertengahan tahun 1961 pemberontakan Permesta dapat